Sebenarnya ingin menjawab dengan analis logika namun tak ingin apa yang saya katakan menjadi subyek pembicara di antara kaum hawa yang ada di sekitar saya,bisa jadi saya di gempur dengan seribu pertanyaan dari berbagai bibir-bibir mungil waktu itu.
Sebelumnya tidak pernah terlintas di pikiran saya tentang seks pra nikah,bahkan untuk menuliskanyapun sama sekali tidak ada bayangan ke arah sana,karena permintaan seseorang maka dengan terpaksa saya tuliskan sedikit sebatas pengatahuan saya,meskipun saya sadar bahwa menulis yang di lakukan dengan terpaksa itu sebenar tidak nyaman dan mungkin hasilnyapun tidak bisa maksimal.
Saya tidak bicara soal agama karena saya bukan seorang ahli ibadah yang taat,maka saya lebih suka mengungkapkanya secara logika berdasarkan insting individualisme.
“Bicara soal seks…,dalam pandangan saya ada hubunganya dengan nafsu dan nafsu berkaitan erat dengan rasa terutama rasa suka,sementara yang namanya suka atau kesukaan itu privasi seseorang,jadi apapun bentuknya semuanya tergantung bagaimana masing-masing individu dalam menempatkan dan menyalurkan kesukaanya”
Dari pola penempatan dan penyaluran inilah yang perlu kita kembangkan agar seks pra nikah dapat di minimalkan,sebab sekali melangkah dan terjatuh di dalamnya maka kita akan terpuruk untuk selamanya.
Memang tidak mudah untuk mengantisipasi masalah seks pra nikah ini, meski berbagai elemen masyarakat,tokoh agama,para orang tua dan pihak pemerintahpun telah berupaya,masih saja banyak korban.
Banyak organisasi ataupun yayasan yang bergerak,baik sosialisasi secara dor to dor ataupun kampanye terbuka,semuanya bergerak ntuk mengantisipasi dan meminimalisir,kenyataanya apa yang terjadi…???
Seks pra nikah makin sulit di cegah dan kian hari semakin tak terkendali bahkan anak-anak di bawah umurpun turut andil dan terlibat di dalamnya.
Sungguh tragis memang,tapi itulah fakta yang terjadi dan mau tidak mau harus kita menghadapi.
Di sini satu hal yang perlu di ingat oleh masing-masing individu adalah segala sesuatu ada konsekuansinya dan tiap kali kita melakukan sesuatu selalu di barengi dengan segala resiko yang harus di hadapi baik di tengah perjalanan ataupun sesudahnya.
Di sini perlu saya garis bawahi bahwa ini sekedar gambaran dan bukan berarti di antara seks pra nikah dan masalah dunia bisnis atau yang lainya itu sama.
Andai ada pilihan dan saya boleh memilih saya pasti akan memilih bagaimana cara menyikapi dan memberikan jalan keluar pada korban-korban seks pra nikah.
Yang menjadi pertimbangan saya yaitu pernahkah terpikir oleh kita tentang seseorang yang bunuh diri karena hal ini,tetang seorang yang putus asa dan menjual diri di rumah-rumah pelacuran,pernahkah mata kita melirik orang-orang gila di trotoar karena tak mampu menahan beban aibnya,andai kita ada di dalam sebuah rumah tangga dan harus berakhir dengan perceraian yang di latar belakangi akibat dari seks pra nikah pernahkah terbayangkan oleh kita dan masih banyak fakta lain yang lebih bisa menggerakan nurani.
Itu semua cuma sebatas pemikiran saya dan tidak pernah ada maksud untuk mengajukan topik tandingan bagi siapun sebab sampai saat tulisan ini saya buat saya belum bisa menemukan sebuah formula yang efektif untuk menyikapi apa yang sedang saya pikirkan.
Semoga untuk ke depanya ada pihak lain yang mungkin lebih peduli,lebih bijaksana,lebih mengerti dan berpengalaman di bidang ini sudi mengulurkan tangan pada mereka-mereka.
Salam.
0 komentar:
Posting Komentar